Thursday, June 14, 2012

Pahlawan

Aku dengar dari mama masalah-masalah kecil yang mengecewakan beliau. Sesosok wanita tangguh dan nggak kenal takut ini tiba-tiba terlihat ringkih dan menyedihkan. Memang, untuk membuat semua hal berjalan lancar demi keluarganya, beliau berani untuk melakukan apapun agar kami bahagia. Bahkan berkorban pun sudah menjadi makanan sehari-hari beliau. Hal hebat yang nggak bisa ditiru oleh siapapun. Tapi bukankah itu sebuah naluri? Entah bagaimana suatu saat hal yang dirasa nggak mungkin dilakukan, akan dilakukan untuk menjaga kebahagiaan tetap eksis. Entah itu besar ataupun kecil, semua resiko akan ditempuh guna mendapatkan kebersamaan dan sedikit kepuasan.

Begitu juga dengan mama.

Aku melihat wajah beliau yang sedih, sudah lama banget nggak kulihat. Setiap kali bertemu mama di akhir minggu, wajah yang kulihat adalah ekspresi nggak kenal capek dan selalu siap menghadapi apapun. Tapi rasanya beda saat beliau bilang ada sesuatu yang mengganjal, dan rasanya menusuk banget. Rasanya tau-tau aku bisa memahami perasaan marah beliau, frustasi, jengkel, bingung. Dan aku merasa bahwa semuanya berjalan nggak adil.

Semua orang tahu beliau bekerja begitu keras. Sedih rasanya melihat kerja keras itu nggak disambut dengan baik. Bahkan ada yang sulit mengekspresikan "sikap baik" itu, sehingga mama bersedih. Tapi aku tahu. Dunia memang begitu. Rasanya sering sekali kita mengatakan,"apa yang kuperbuat untukmu sudah banyak, hanya untukmu" tapi apa gunanya kalau pada akhirnya dikecewakan oleh orang terkait?

Hal itu menyakitkan.

Untuk berpikir ulang dan merasa sedih pun menjadi hal yang wajar dilakukan, setelah kita diperlakukan seperti itu. Setelahnya, nggak tau kenapa tiba-tiba aku tersadar. Yang terpenting adalah bagaimana kita bahagia dan membuat orang lain bahagia. Selebihnya biar Tuhan aja yang ngurusi. Setidaknya itu bisa mengurangi rasa sakit yang diberikan orang lain.

No comments:

Post a Comment